BAB
III
POLIGON
3.1 Maksud dan
Tujuan
Pengukuran
poligon dimaksudkan untuk mendapatkan dan merapatkan titik ikat pengukuran di
lapangan dengan tujuan sebagai dasar untuk keperluan pemetaan atau keperluan
teknis lainnya.
3.2. Dasar Teori
3.2.1 Pengertian
Poligon
Poligon berasal dari kata poly yang berarti banyak dan gono
yang berarti sudut. Jadi poligon merupakan suatu rangkaian sudut banyak atau
deretan titik yang menghubungkan dua
titik tetap (titik triangulasi).
3.2.2 Bentuk – bentuk Poligon
Berdasarkan kepada titik-titik tetap
(koordinatnya diketahui) dan bentuk geometriknya, secara umum poligon dibedakan
atas 3 macam, yakni:
3.2.2.1.Poligon Terbuka Sempurna
Merupakan poligon yang deretan
titik-titiknya terikat pada titik-titik tetap pada awal dan akhir poligon
tersebut serta diketahui azimuth awal
dan azimuth akhirnya. Hasil ukuran dapat dikontrol dan diketahui kesalahannya,
melalui proses hitungan perataan.
Gambar
5.1 Poligon Terbuka Sempurna
|
a awal
|
a akhir
|
3.2.2.2.Poligon
Terbuka Tidak Sempurna
Merupakan poligon yang deretan titik-titiknya hanya
terikat pada satu titik tetap. Dalam hal ini, hasil ukurannya tidak dapat
dikontrol atau diketahui kesalahannya.
a
|
Gambar 5.2 Poligon Terbuka Tidak Sempurna
|
3.2.2.3.Poligon
Tertutup
Adalah poligon yang deretan titik-titiknya terikat kepada
satu titik tetap yang berfungsi sebagai titik awal sekaligus titik akhirnya
(artinya titik awal dan titik akhirnya sama). Hasil pengukuran dapat dikontrol
dan dikoreksi kesalahannya.
E
|
Gambar 5.3
Poligon Tertutup
|
a
|
A
|
F
|
B
|
D
|
C
|
3.3 Tahapan Penghitungan
Pengolahan data dilakukan sesuai
dengan tahapan proses sebagai berikut:
1.
Tentukan
koordinat awal, azimuth awal,
koordinat akhir dan azimuth akhir,
jika harga-harganya tidak langsung diketahui.
2.
Hitung salah penutup sudut.
·
Poligon
terbuka
fb = Sbu
- (aakhir -aawal) - (n + 1) 180°
|
...….....…..........…..
5.1
·
Poligon
tertutup
§
Apabila
yang diukur sudut dalam :
fb = Sbu
- (n - 2) 180°
|
…….............................….………..
5.2
§
fb = Sbu
- (n + 2) 180°
|
......…..........................………..
5.3
Vb = -
fb/n
|
..............…............…………………………… 5.4
dengan n = jumlah titik pengukuran.
Pembagian harus merupakan bilangan bulat. Apabila
pembagiannya bersisa, maka sisa tersebut dibagi-bagikan ke sudut-sudut yang
mempunyai sisi-sisi terpendek.
bi = bu
+ VbI
|
..........……………………………………… 5.5
5.
Hitung azimuth sisi-sisi poligon.
aij
= aawal
+ bi
- 180°
ajk = aij
+ bj
- 180°
|
.........................…..…….……….5.6
6.
Hitung
selisih absis (X)
dan selisih ordinat (Y) antara titik-titik poligon.
DXij = dij sin
aij
DYij =
dij cos aij
|
..............……..………….........…….. 5.7
7.
fX =
SDX -
(Xawal - Xakhir)
fY =
SDY -
(Yawal - Yakhir)
|
..……........................…..……..
5.8
8.
D = Sdu
|
........……………………...........…....………..……..5.9
VXij = - dij fX / D, misal
- fX / D = L
VYij = - dij fY / D, misal
- fY / D = M
|
.......………….…… 5.10
10.
Hitung
koordinat definitif titik-titik poligon.
·
Xi =
Xawal + (DXij +
L dij)
Xj =
Xi + (DXjk +
L djk)
|
……..……….………..……. 5.11
·
Yi =
Yawal + (DYij +
M dij)
Yj =
Yi + (DYjk +
M djk)
|
……………..………..…………. 5.12
3.4 Tahapan Pelaksanaan
3.4.1 Peralatan
·
1 Set Theodolite
·
1 Set Alat Tulis
3.4.2 Tahap-tahap
pengukuran poligon/kerangka dasar:
1.
Tentukan
titik target yang menjadi kerangka poligo;
2.
Dirikan
alat pada titik awal pengukuran dalam kedudukan benar dan sempurna, pada titik
awal sebaiknya alat diutarakan terlebih dahulu;
3.
Putar alat
searah jarum jam. Untuk setiap titik, pembidikan dilakukan dua kali, tehadap
titik sebelum dan titik berikutnya;
4. Tempatkan alat pada kedudukan biasa, bidik target pertama
yang ditemui dari arah utara searah jarum jam. Lakukan pembacaan benang
difragma pada bagian atas, tengah dan bawahnya. Kemudian catat pembacaan skala
vertikal dan skala horizontal. Untuk pembacaan skala horizontal ini sebaiknya vizier atau teropong diarahkan langsung
ke patok atau titik (rambu) terendah yang dapat di bidik;
5.
Arahkan vizier/teropong ke titik target
berikutnya. Catat bacaan benang diafragma dan bacaan skala horizontal serta
skala horizontalnya;
6. Masih pada titik yang sama, ubah posisi alat dari kondisi
biasa ke posisi luar biasa. Catat bacaan benang diafragma,
skala vertikal dan skala horizontalnya;
7.
Arahkan
kembali teropong ke target pertama tadi. Lakukan pembacaan benang diafragma
serta skala vertikal dan horizontalnya;
8.
Untuk
keperluan beda tinggi ukur tinggi alat dari permukaan tanah;
9.
Kemudian
pindahkan alat ketitik selanjutnya. Lakukan hal yang sama dari titik tersebut
terhadap dua titik yang mengapitnya
3.5 Contoh Perhitungan Poligon dengan Excel
BAB
IV
PENGIKAT
KEMUKA
4.1 Dasar
Teori
Penggunaan methoda pengikatan
kemuka pada pekerjaan ukur tanah dilakukan umumnya untuk daerah-daerah yang
jarak sisi-sisi dari suatu jaringan kerangka horizontal tidak dapat diukur
langsung dengan alat ukur jarak.
Penggunaan methoda pengikatan
kemuka ini memerlukan minimal dua titik tetap yang telah diketahui
koordinatnya.
Penentuan
Koordinat Satu Titik
|
Pengikatan
Kebelakang Didasarkan pada Sudut Titik yang Tidak Diketahui
|
Pengikatan
Kemuka Didasarkan pada Sudut Titik yang Diketahui
|
Koordinat titik P dapat
ditentukan dari koordinat titik A (XA,YA) dan koordinat titik B (XB,YB) dengan
cara mengukur langsung dilapangan sudut-sudut pada kedua titik tetap tersebut.
Titik-titik tersebut adalah β1
(<PAB) dan β (<ABP) Koordinat titik P ditentukan dari titik A
(XA,YA)
XP1 = XA +
dAP Sin αAP
YP1 = YA
+ dAP Cos αAP
Koordinat titik P dari titik B
(XB,YB)
XP2 = XB +
dBP Sin αBP
YP2 = YB
+ dBP Cos αBP
Diketahui :
A (XA , YA)
B (XB
, YB)
αAP, αBP
Jarak ditentukan dengan:
DAB = (XB-XA)
/ Sin αAB
DAB = (YB-YA)
/ Cos αAB
DAP
/ Sin β = DAB / Sin {1800 –(α+β)}
DAP = Sin β {DAB
/ Sin (α+β )}
Jika
m = DAB / Sin
(α+β)
DAP = m Sin β
Distance BP
DBP
/ Sin α = DAB / Sin {1800 –(α+β)}
DBP = Sin α {DAB
/ Sin (α+β )}
Jika
m = DAB / Sin
(α+β)
DBP = m Sin α
Penentuan jarak antar titik digunakan persamaan:
Koordinat definitif titik P adalah harga
rata-rata kedua hasil hitungan diatas:
XP =
YP =
4.2 Tahap Pelaksanaan
4.1.1 Peralatan
· 1 Set Theodolite
· 1 Set Meteran
· 1 Set Alat Tulis
· Rambu
· Statip
4.2.1 Prosedur
Pelaksanaan
a. Tentukan lokasi tempat
pengukuran.
b. Tentukan 2 buah titik referensi
yang akan digunakan sebagai titik dasar pengukuran.
c. Ukur panjang kedua titik
tersebut,
d. Letakkan alat Theodolite pada
salah satu titik dasar kemudian setting alat sehingga dapat digunakan untuk
pengukuran.
e. Tentukan arah utara alat pada
sudut 00 0’ 0”
f. Pilih target pertama pada titik
dasar kedua, kemudian baca sudut horizontal dengan bacaan seri rangkap.
g. Kemudian arahkan alat ke target
pada suatu titik sasaran yang akan kita tentukan posisinya dan baca sudut
horizontalnya.
h. Kemudian ulangi langkah f dan g
i. Selanjutnya lakukan perhitungan
sesuai dengan teori dasar.
4.3 PERHITUNGAN PENGIKAT KEMUKA
Diketahui :
α.AB = 295°40’40” = 295,6778 dAB
= 20 m
α.AP = 222°26’20” = 222,4389 Xa
= 100
β.B = 259°52’5” = 259,8681 Ya
= 100
Penyelesaian
β.a dalam = α.AB - α.AP = 73°14’20” = 73,23889
β.b dalam = 360° - βb dalam =
100°7’55” = 100,1319
β.p dalam = 180° - β.a dalam -
β.b dalam = 6°37’45”
= 6,629167
α.BP = α.AB - 180° +
sin β.b dalam = 215°48’35”
= 215,8097
DAP = (dAP : sin β.p)
x sin β.b = 170,5442
DBP = dAB : sin β.p) x
sin β.a = 165,8857
D sungai = dAP x sin β.a = 163,2987
Xb = Xa + d.AB x sin α.AB = 81,9751
Yb = Ya + d.AB x cos α.AB = 108,6662
Xpa = Xa + d.AP x sin α.AP = -15,0838
Ypa = Ya + d.AP x cos α.AP = -25,8612
Xpb = Xb + d.BP x sin α.BP = -15,0838
Ypb = Yb + d.BP x cos α.BP = - 25,8612
Xp rata-rata = -15,0838
Yp rata-rata = -25,8612
X
|
Y
|
|
A
|
100
|
100
|
B
|
81,9751
|
108,6662
|
P
|
-15,0838
|
-25,8612
|
A
|
100
|
100
|
terima kasih atas ilmunya bang. tetap semangat
BalasHapus